Hujan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMHf9yWA5d1biFOIJcyicU52bK1KE19ZO1nS_-LWQOHDdhvRGV5QahFs-L9Qq8MbpOjxusfDQiuph5E2XfXcbecP28264ghQRrDaLjUUuvwu0fuoTOQkG5beCqrVDs3GiU56HSkcxOPbU/s1600/hujan.jpg


Novel fiksi ilmiah bernuansa romansa, kali ini Tere Liye mengajak saya seperti melihat masa depan dengan teknologi serba canggih seperti mobil yang dapat mengemudi sendiri dan dapat terbang, kereta super cepat, chip yang serbaguna, meja makan dapat digunakan seperti handphone. Disamping hal yang serba canggih tersebut, penduduk bumi pertumbuhannya juga semakin meningkat hingga mencapai 10 milyar, dimana sebagian besar melakukan kerusakan dan tinggal menunggu waktu lalu bumi akan melakukan cara untuk membuat keseimbangannya.


Lail, perempuan berumur 21 tahun datang  ke Pusat Terapi Saraf, sebuah tempat untuk  memodifikasi ingatan empat dimensi yang memiliki teknologi tinggi dan berperalatan medis paling maju.
Menggunakan pemindai berbentuk bando yang terbuat dari logam, berwarna perak yang terhubung dengan tablet sehingga peta syaraf otak akan tergambar menjadi tiga warna. Lail ingin menghapus benang berwarna merah, pikirannya tak tahan mengenang hujan dan sedih persis seperti kisah raksasa yang diceritakan temannya.


Bermula saat Lail masih berusia 13 tahun yang hendak berangkat sekolah bersama ibunya  menggunakan kereta bawah tanah, namun tiba-tiba bunyi dentuman keras gunung purba yang hanya bisa didengar di daratan membuat kereta mengerem paksa hingga dua belas kaspul saling bertabrakan ditambah lagi dengan gempa vulkanik berkekuatan 10 skala richter mengakibatkan gedung-gedung runtuh, jalan layang berguguran, tanah merekah, dan rumah-rumah  bagai dibelah.

Petugas kereta berseru kepada penumpang agar segera turun dan mengikutinya untuk mencari tangga darurat yang terhubung dengan permukaan. Dari belasan penumpang hanya ada dua anak kecil yang akan diutamakan naik tangga lebih awal, salah satunya adalah Lail.
Esok, anak pertama itu berhasil menginjak daratan, giliran Lail kemudian disusul ibunya, namun saat beberapa meter lagi akan sampai kedaratan tiba-tiba gempa susulan datang sehingga ibu Lail dan penumpang lain jatuh tertimbun tanah. Sebelum Lail ikut terjatuh, satu tangan meraih tas punggung dari atas yang lebih dulu menyambarnya.

Kemudian Esok dan Lail hidup sebagai teman dekat ditenda pengungsian selama setahun dan saling mengisi kekosongan dengan saling bercerita. Esok yang lebih tua seperti kakak bagi Lail hingga rasa yang akhirnya tumbuh dihati mereka.
Sayangnya dalam novel ini, antara Lail dan Esok tidak ada satupun yang berani mengungkapkan perasaan sehingga tidak ada kepastian akan berakhir menjadi apa.

Setelah tinggal ditenda pengungsian berakhir, kehidupan Esok dan Lail terpisah. Walikota  mengangkat Esok menjadi anak dan membiayai sekolah karena kepintarannya. Sedangkan Lail tinggal dipanti sosial, satu kamar dengan perempuan berambut keribo dengan khas suaranya yang nyaring.

Lail dan maryam mengikuti kursus memasak setelah jam sekolahnya berakhir, namun tidak lama mereka mendaftar menjadi relawan termuda, bahkan paling muda yang nantinya menjadi inspirasi banyak orang.

Lalu apa yang membuat Lail ingin melupakan hujan? Bagaimana nasib keluarga Esok dan Lail ? Bagaimana nasib bumi? Bagaiamana hubungan  Esok dan Lail ? akankah hanya sebatas adik kakak saja atau seperti yang diharapkan Lail ? dan bagaimana soal inspirasi antara Lail dan maryam ?

Nah, penasaran yaaaaa ? 
Silahkan baca bukunya, karena nggak seru dong kalau spoiler disini ? hehe


Berbagi:

4 komentar

  1. Wahhh, ternyata bukunya ada nuansa futuristiknya ya dhiiii, hehe, oke mau jadwalin baca :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak. tiap baca perlembarnya nggak bisa bikin berhenti buat baca, hihi. wah kakak mah bisa sehari selesai kayaknya baca buku hujan hehe

      Hapus
  2. Ya..
    Yg saya suka dari penyampaian kisah tere liye, gaya bahasanya lentur dan tidak sia2..
    Efektif namun juga edukatif..
    Salut deh sama tere liye dan Mbak Dhiya Tazkia yg suka warna putih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup mas betul, lebih mudah dipahami juga walaupun fiksi selalu ada makna dibalik cerita dan kalimatnya hehe. Wiiih kayaknya sudah hatam dg tulisan saya ya ? Salam kenal mas syafiq

      Hapus