Sepucuk Surat Untuk Umi


Untuk seseorang yang tulus menjaga dan menyayangiku sejak masih di dalam Rahim
Assalamualaikum umi tercinta
Hari ini umur umi semakin bertambah, 
tapi kecantikan umi bagi teteh tidak berkurang karena umur.
kecantikan umi begitu terpancar dari wajah dan hati umi yang tulus


Semoga Allah selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan umur yang panjang untuk umi
teteh bukan seorang pujangga yang pandai merangkai kata namun jemari dan hati teteh tak sabar untuk meggoreskan kata indah untuk umi tersayang

Ini adalah pertama kalinya ku tuliskan surat yang sangat special untukmu

Umi…
Kala itu, ketika umi sedang mengandung sejak saat itu pula fisik dan emosimu mengalami perubahan, perubahan yang ku tahu membuatmu tidak begitu nyaman. Meskipun begitu umi tidak pernah menyalahkan kehadiranku, umi justru bahagia dan menanti kelahiranku.

Bulan berganti bulan, perut umi kian membesar.
Rasa sakit akibat tendangan genitku, kau usap dengan perlahan seraya berbicara denganku melalui Bahasa kalbu. Kau tersenyum karena tau aku memberikan sinyal bahwa aku di dalam Rahim sehat.
Umi, tiba saatnya aku dilahirkan. Umi pasti merasakan mulas yang tiada tara dan ketika melahirkanku rasa sakitnya tiada mampu di ibaratkan seperti apapun.
Rasa sakit umi seolah hilang ketika tangisanku terdengar, bersamaan itu kau tersenyum haru dan bersyukur lega.  Lalu kau peluk aku dan memberikan cairan kehidupan yang begitu banyak nutrisi pertama kali untukku, padahal rasa lelah dan sakitmu belum pulih. Kau pun terjaga semalaman ketika aku terus menangis karena haus atau karena popokku yang basah.

Hari kian berganti. Umi merawatku dengan sabar, mulai dari aku tengkurap lalu bisa mengguling, lalu merangkak kemudian duduk, dapat tertawa lalu bisa berbicara sedikit demi sedikit, lalu perlahan – lahan berdiri meskipun jatuh lagi, umi tetap menuntun dan menjagaku hingga aku bisa melangkah bahkan berlari kesana kemari. Dan akupun dengan gembira dapat bersekolah dan memiliki banyak teman.

Ketika masa itu datang mi, saat kelas 4 SD aku dan kedua adikku harus tinggal dengan nenek dan berpisah dengan umi karena perpisahan keluarga.  Aku benar – benar rindu umi, rindu tidur dengan umi, rindu masakan umi, rindu canda dan tawa dengan umi, rindu di buatkan bubur kecap ketika aku sakit, rindu pelukan umi saat ada ondel – ondel, rindu nasihat umi, dan rindu omelan umi demi kebaikanku. Ah pokoknya aku sangat rindu umi ! Rindu sampai meneteskan air mata banyak sekali mi saat berdoa dan saat menulis buku harian dari umi.

Lambat laun aku mengerti mi mengapa Allah memisahkan kita. Itu pasti karena Allah sayang kita.
Umi meskipun kita jauh, aku yakin kasih sayang umi selalu melekat, doa umi selalu mengiringi tiap langkahku, dan perjuangan umi seorang diri untuk kami agar dapat berkumpul seperti sedia kala sangat luar biasa sehingga kita semua sekarang bisa berkumpul.
Umi, kau banyak mengajarkan makna kehidupan, mengajarkanku untuk menjadi wanita yang sabar dan tidak lemah, untuk menjadi seseorang yang tidak bergantung pada orang lain, untuk menjadi wanita yang rajin untuk beribadah dan menyadarkanku bahwa keluarga adalah segalanya.
Umi, putri kecilmu dulu kini sudah tumbuh menjadi dewasa, sekarang sudah menjadi seorang bidan yang berbakti untuk memberikan asuhan sayang ibu kepada para calon ibu yang akan memiliki buah hati.

Umi kau laksana matahari dalam hidupku yang memberikan kehangatan dan penerangan dalam kegelapan
Kau bagaikan embun yang menyejukan hati dan menjadi obat di kala ku terjatuh
Kau adalah inspirasi dan motivasi terbesar dalam hidupku

Umi, maafkan atas sikap dan perkataanku yang pernah melukai hati sehingga umi bersedih.
Maafkan aku yang belum seutuhnya membahagiakan umi.
Umi, jangan pernah lelah untuk membimbing, menyayangi, dan mendoakanku
Umi kau adalah ibu yang terhebat yang ku miliki sekarang dan selamanya

Hanya dengan sepucuk surat ini aku ingin sampaikan, umi adalah intan paling berharga untukku dan aku sangat sayang umi…

terima kasih telah melahirkan dan menjagaku umi

Kategori:

Berbagi:

0 komentar